Penyusunan Grand Design Sebagai Upaya Mewujudkan Perpustakaan yang Terukur, Konsisten dan Terintegra

31 Mei 2022

Jakarta-Pengembangan perpustakaan sekolah/madrasah saat ini masih lemah dalam implementasi regulasi. Hal tersebut membuat perpustakaan sulit untuk berkembang dan layanan tidak maksimal sehingga berdampak pada kepuasan pemustaka.
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, melalui Unit Pengembangan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi ingin merubah kondisi Perpustakaan Sekolah/Madrasah yang ada saat ini, menjadi seperti kondisi yang diharapkan dengan penyusunan Grand Design Pembinaan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi seperti yang dilakukan saat ini.

Hal ini agar Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi dapat berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten dan terintegrasi.

Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi Perpusnas, Nurcahyono, menyampaikan penyusunan Grand Design ini nantinya diharapkan dapat menjadi langkah perubahan perpustakaan Sekolah/Madrasah ke arah yang lebih baik lagi, baik untuk Pustakawan maupun bagi eksistensi Perpustakaan itu sendiri.

Kepala Perpunas, Muhammad Syarif Bando berpendapat bahwa, perpustakaan mempunyai andil yang sangat penting dalam perkembangan peradaban suatu bangsa.

“Kalau kita tidak kreatif dan mempunyai inovasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan maka kita akan tertinggal. Ibaratnya ilmu yang diberikan oleh seorang guru saat ini hanya sebanyak 10% saja. Tapi sebenarnya ilmu itu terus berkembang karena adanya kreativitas dan inovasi, kalau indonesia tidak memiliki generasi yang kreatif dan inovatif maka akan sulit untuk bersaing dengan negara-negara lain,” ungkap Syarif dalam Pembahasan Penyusunan Grand Design Pembinaan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi, Selasa (31/5/2022).

Disamping itu Kundiyarto Prodjotaruno sebagai narasumber konsultan mengungkapkan, di era serba digital seperti saat ini, perpustakaan harus adaptif karena perpustakaan menjadi suatu wadah yang berfungsi menggerakan seluruh pemangku kepentingan untuk memperkaya ataupun meningkatkan kualitas masyarakat untuk meningkatkan budaya membaca.
“Faktanya, tidak semua orang mengetahui ataupun aware mengenai apa yang harus dibaca,” kata Kundiyarto.

Seperti halnya anak sekolah, disamping ia harus membaca buku paket sekolah tapi harus dibekali juga dengan pengetahuan mengenai buku seperti apa yang sebaiknya ia baca. Dalam hal ini, guru sebagai jembatan penguat sangat penting peranannya. Sama halnya dengan aspek yang berkaitan dengan pustakawan dalam perpustakaan.

Kundiyarto juga menuturkan, bahwa dalam menyusun road map, asesmen menjadi penting dengan memperhatikan beberapa poin seperti people, process, dan technology. Penggalian informasi dengan merangkum banyak masalah, menjadikan informasi yang terkumpul menjadi lebih kaya.

Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca, Adin Bondar menambahkan hal penting dalam upaya Grand Design adalah adanya sebuah pemetaan.

“Pemetaan fungsi kewenangan dalam upaya pembinaan dan pengembangan perpustakaan Sekolah dan Perguruan Tinggi tetap harus merujuk pada UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,” terang Adin.

Dari UU Nomor 23 Tahun 2014, tergambarkan jelas kewenangan tiap tingkatannya. Jadi, dengan Grand Design ini nantinya semakin dapat mengakselerasi dan afirmasi terhadap upaya penguatan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi.

“Karena sampai saat ini, program-program yang kita lakukan masih belum terstruktur. Harapannya, semoga Grand Design ini bisa menjawab seperti yang diharapkan. Serta yang perlu kita pastikan adalah indikator dampak pengukurannya sebagai hasil akhir daripada pembinaan dan pengembangan pelaksanaan program – programnya,” terangnya.

Reportase: Amara Derlika Salwa Putri / Awan Kurniadi